Duh kayaknya udah lama banget ya aku ga posting review buku,
aku juga belum sempet nepatin janji-janjiku buat posting review novel Sun Shine
Becomes You, Romeo and Juliet, sama Sepatu Dahlan. Abisnya tiap kali mau bikin
review itu selalu kesendat sama tugas-tugas yang lain—baca novel-novel lain
maksudnya hihi :D.
Oke dipostingan ini aku belum bisa nepatin janji buat posting
review novel yang udah aku sebutin di atas. Tapi kali ini aku mau posting
review novel yang udah lama banget aku ada di daftar wish list-ku. Yaps,
judulnya Seandainya... dengan author Windhy Puspitadewi. Denger judulnya aja
tuh udah bikin nyesss banget ya rasanya, apalagi kalau udah baca novelnya, dan
sebelum baca novelnya ini dia review novel Seandainya...
Sebelum baca reviewnya, aku mau ngucapin makasih buat temen
semeja aku yang uda ngasih novel ini ke aku buat kado ultahku tanggal 29 Maret
kemaren. Makasih yaa ({}).
Judul buku : Seandainya...
Pengarang : Windhy Puspitadewi
Penerbit : Gagas Media
Tahun terbit : 2012
Tebal : 226 Halaman
ISBN : 979-780-22-568-9
Harga : Rp 42.000,00
My rating : ✿✿✿✿/5
Cerita ini bermula pada tahun 2002 di Surabaya saat Rizky,
Juno, Arma, dan Christine menjadi korban kejailan kakak kelas mereka untuk
menghadiri pesta penyambutan siswa baru yang tidak pernah ada. Bermula dari hal
konyol tersebut mereka berempat akhirnya bersahabat.
Latar belakang para tokoh yang berbeda-beda membuat beberapa
konflik terjadi dalam novel ini. Rizky adalah anak dengan single parent yang
harus menunda sekolahnya selama 2 tahun karena keterbatasan biaya sehingga ia
disebut “Pakdhe”. Juno dengan sifat yang sedikit kekanak-kanakan. Arma yang
merupakan kakak Juno yang terpaksa duduk dijenjang yang sama dengan
adiknya—karena sakit yang pernah dideritanya—sehingga membuatnya minder dengan
adiknya sendiri. Serta Christine—yang merupakan anak tunggal dari Gubernur Jawa
Timur—yang merasa tidak ada orang yang benar-benar tulus menyayanginya hingga
membuatnya ingin mengakhiri hidup.
Konflik-konflik yang terjadi bermula pada kata-kata yang tak
kunjung terucap hingga menimbulkan asumsi yang seringkali tidak benar dan
berakhir dengan penyesalan.
Bermula dengan kenyataan bahwa Rizky diam-diam menyukai Juno.
“Mungkin benar bahwa cinta itu tidak bisa diperkirakan dan diatur, kita tidak pernah bisa tahu kapan, bagaimana, dan dengan siapa kita akan jatuh cinta.”
Kemudian kasus yang dialami Agus—teman yang sudah dianggap
Adik oleh Rizky karena latar belakang yang sama—yang cukup berpengaruh pada
kehidupan beberapa tokoh.
“Memang bagus jika manusia punya impian, tapi jika impian itu sudah membuat kita lupa untuk menginjak tanah, maka mimpi itu akan membunuh kita perlahan-lahan.”
“Kamu tidak membutuhkan pendapatku. Kamu tidak butuh pendapat siapapun. Kamulah yang menjalani takdir yang kamu pilih, dan siapapun yang menjalani takdirnya, dia tidak mungkin tidak bahagia.”
Sementara itu juga terjadi konflik antara Juno dengan
Arma. Arma merasa harga dirinya terluka atas apa yang terjadi padanya. Ia
merasa bukanlah kakak yang baik bagi Juno yang seharusnya dapat menjadi panutan
dan membuat Juno merasa bangga memilikinya. Hal tersebut membuatnya ingin
menjadi dokter, profesi yang dikagumi Juno dan dibenci oleh Arma karena
phobianya terhadap darah. Namun Arma akan melakukan apapun demi membuat Juno
kagum dan memandangnya sebagai kakak.
“Bahwa hidup ini penuh misteri dan tidak sesederhana yang kamu bayangkan. Perbuatan terkadang tidak cukup untuk mewakili perasaan, dalam beberapa hal kamu harus mengatakannya.”
Konflik yang dialami Christine dengan kedua orang tuanya juga
ikut mewarnai novel ini. Kehidupan mewah yang dimiliki Christine tidak
membuatnya bahagia, ia justru merasa kesepian dan rindu akan kasih sayang
hingga ia merasa sangat senang saat menerima surat-surat romantis yang
dikirimkan seseorang untuknya. Namun kesibukan orang tuanya yang membuatnya
kurang mendapat perhatian dan anggapan bahwa teman-temannnya mau berteman
dengannya hanya karna apa yang dimilikinya membuatnya ingin mengakhiri hidup.
Untuk cerita selengkapnya silakan baca
“Seandainya...”
☼☀☼☀☼☀☼☀☼☀☼☀☼☀☼☀☼☀☼☀
Juno
Dari keempat tokoh utama—yaitu Jono, Rizky, Arma, dan
Christine—menurutku Junolah yang merupakan fokus dari cerita novel ini. Juno
yang memiliki nama panjang Juno Kusuma Ayu adalah anak kedua dari pasangan
dokter—profesi yang sangat dikaguminya. Karakter Juno yang periang, tegas,
pandai, bijaksana, dan cenderung kekanak-kanakan membuatnya mudah bergaul
dengan tokoh lain. Phobianya terhadap darah membuatnya enggan bercita-cita menjadi
seorang dokter.
Dari keempat tokoh, Juno-lah tokoh yang paling aku idolakan,
dari sekian banyak alasan, alasan utamanya adalah karakternya yang memiliki
kemiripan dengan karakterku.
Rizky
Rizky adalah tokoh tertua dari keempat tokoh utama. Hal
tersebut dikarenakan keterbatasan biaya yang memaksanya menunda sekolah selama
2 tahun. Karakter Rizky yang baik baik dan bijaksana membuat beberapa tokoh
wanita menyukainya, tapi Juno-lah yang berhasil merebut hatinya.
Arma
Armaiti Kusumaatmadja adalah kakak Juno, setahun lebih tua
dari Juno namun terpaksa harus satu kelas dengan Juno dikarenakan sakit yang
pernah dideritanya sehingga membuatnya berhenti sekolah selama setahun. Walau
hal tersebut dianggap wajar bagi orang-orang, namun tidak untuk Arma, posisi
yang demikian membuatnya merasa harga dirinya terluka hingga ia bertekat untuk
menjadi dokter—profesi yang dibencinya namun dikagumi Juno. Karakter Arma
sendiri adalah penyayang, pantang menyerah, rajin, namun mudah emosi.
Christine
Christne Suryolaksono adalah anak tunggal dari Gubernur Jawa
Timur. Kesibukan orang tuanya membuatnya kekurangan kasih sayang. Karakternya
sendiri baik, ramah, namun berpikiran pendek.
☼☀☼☀☼☀☼☀☼☀☼☀☼☀☼☀☼☀☼☀
Seandainya adalah novel ketiga karya Windhy Puspitadewi
setelah Let Go dan Morning Light. Namun novel ini adalah novel karya Windhy
yang pertama kubaca. Hal pertama yang mau aku nilai yaitu sampulnya, aku cuma
mau bilang kueren banget!! Simple, cantik, unik, dan bikin penasaran. Pas baca
isinya ga kalah keren, bikin ketagihan dan susah buat stop baca. Ceritanya yang
sesuai dengan kehidupan remaja zaman sekarang—terutama kesesuaian dengan kisah
hidupku—membuat novel ini mudah untuk aku pahami. Kata-kata bijak yang bisa
diambil dari novel ini juga cukup banyak. Tapi, konflik antara Juno dan Rizky
yang tidak terlalu banyak diceritakan membuat kemistri antara mereka kurang aku
pahami dengan baik dan membuatku terkejut di bagian akhir. Dan novel ini
berhasil bikin aku nangis di ending ceritanya, walaupun kegalauan yang
diceritakan tidak segalau cover belakangnya. Well, so I give 4/5 flowers for
this novel.
0 komentar:
Posting Komentar