Selasa, 29 September 2020

Day 3: a memory

Bagiku, memori, baik ingatan yang baik atau yang buruk semuanya membuatku sedih. Karena apapun itu, memori akan menghasilkan kilas balik atas hal-hal yang sudah berlalu, dan tentunya ga bisa diulang.

Sebenarnya tidak ada yang aku sesalkan dari apa yang telah terjadi, karena aku merasa sudah melakukan yang terbaik. Hanya saja tiap mengingat apapun di masa lalu, entah kenapa ingatanku selalu memutar kilas balik yang begitu detail, sehingga selalu membuatku meneteskan air mata karena nyatanya memori itu memang sudah berlalu, dan tentunya menghasilkan kerinduan pada orang-orang yang ada dalam memori itu.

Meskipun orang-orang yang ada dalam memori itu masih ada dan aku bisa menyapa kapan saja, tapi rasanya semua tak lagi sama. Dulu memang dekat, namun sekarang hanya sebatas ingat. Sedih.

Rasanya susah jika disuruh menceritakan sebuah memori, karena tiba-tiba saja banyak memori-memori yang menyeruak meminta untuk diceritakan. Tiap tahap kehidupanku dari kecil hingga sekarang, banyak sekali memori yang masih terkenang. Sebutkan saja sebuah waktu, atau periode, atau nama, atau tempat, pasti aku bisa menceritakan memori tentang itu. 

Walaupun sedih tiap mengingat memori-memori yang sudah lewat, aku bersyukur masih diberi kemampuan untuk mengingat. Memori menjadikanku memiliki mesin waktu ke masa lalu. Menjadikanku manusia yang dapat terus belajar atas kesalahan di masa lalunya, mensyukuri kebaikan-kebaikan yang terjadi, dan tentu saja membuatku tidak lupa dengan jati diriku yang seringkali terombang-ambing dengan berbagai macam pergaulan dengan manusia lain dari waktu ke waktu.

0 komentar:

Posting Komentar

 

SembilanPuluhSembilanKomaSembilan Copyright © 2012 Design by Ipietoon Blogger Template