….untuk mengabadikan memori dalam tulisan
bersama seseorang yang ku panggil tawon madu.
Bagian kedua.
Setelah pertemuan pertama itu, doi jadi sering chat,
dan dia jadi lebih pede dari sebelumnya wkwk, sementara partner HTSku semakin
menghilang entah kemana. Bulan berganti dan Desember tiba. Hingga tiba juga waktunya
aku kembali ke Jakarta untuk mulai masuk bekerja di suatu lembaga Negara di
Jalan Gatot Subroto. Di hari pertama masuk kerja, aku dan teman-teman
seangkatan langsung diberitahu instansi vertikal penempatan kita di provinsi,
dan seperti yang pernah aku ceritakan sebelumnya, aku ditempatkan di Jayapura.
Sempat kaget dan sedikit sedih karena jauh, tapi doi selalu menenangkan dengan
penuh keyakinan sementara aku ga yakin dengan diri sendiri. Setelah tau aku
penempatan dimana, doi ga berubah sama sekali, dan dia bisa menerima. Entah
kenapa aku merasa lega. Dan gatau ya partner htsku responnya gimana, ga akan
ngabarin juga.
Setelah pengumuman itu, masih di Bulan Desember. Doi
ngajak nonton. Murderer on the orient express. Lagi-lagi film pilihanku. Tapi
seperti biasa, lokasi, rute perjalanan yang paling cepet dan ga macet, terus mau
makan apa, udah disiapin sama dia. Bahkan tanpa tersesat doi juga bisa menemuan
kosanku buat jemput aku. Gila-gila. Ga ada drama “terserah-terserahan”. Ku kira
ini emang gara-gara baru awal jadi doi mencoba membuat kesan yang baik. Ternyata
enggak kok wkwk Alhamdulillah. Kami nonton di kuningan dan makan di ichiban.
Dan di sinilah terkuak tentang kenapa doi selalu ada topik!!! Jadi beberapa
kali sebelum ngomong sama aku, doi ngeliatin hp tapi cuma scroll-scroll bentar,
terus aku yang udah memunculkan tabiat celelekan dari awal, langsung nyeplos “kamu
ngapain liat-liat hp terus? Jangan bilang kamu udah nyiapin list topik yang lagi
kita bahas.” Dan ternyata bener dooonggg!!! OMG!! Pertamanya aku mikir, buset
apaan sih ini cowo idealis banget dan bakal kaku kyknyaa. Tapi seketika itu
juga langsung mikir, kalo doi ga nyiapin topik, bisa-bisa malah jadi awkward
dan diem-dieman, setidaknya doi bisa mencairkan suasana.
Dan topik pembicaraan malam itu adalah 60% tentang
mantan dan masa lalunya, 40% tentang mantan dan masa laluku (juga tentang
complicated relationshipku itu). Sempet sebel karena waktu itu doi masih sedih
pas nyeritain mantannya tapi udah berani-beraninya pdkt sama aku. Sebenernya waktu
itu, kami cuma cerita-cerita biasa kyk aku cerita sama temen deketku yang lain.
Tapi sekarang aku ngerasa hal itu malah bagus, keterbukaan dari awal jadi bikin
paham satu sama lain dan bikin aku ga perlu mengkhawatirkan masa lalunya. Tapi
di doi dampaknya jadi kebalik, doi jadi suka cemburuan dan insecure kalo aku
lagi berhubungan dengan temen-temen lamaku. Katanya doi gamau aku direbut sama
orang-orang dari masa lalu aku. Wkwk lucu emang.
Sepertinya semesta memang punya cara yang
luar biasa untuk mempertemukan juga memisahkan.
Setelah sekian lama aku ga dapet kabar dari partner
htsku, akhirnya aku mendapatkannya.
Bukan dari dia! Bukan!
Melainkan dari seorang sahabat di kampung halaman.
Melainkan dari seorang sahabat di kampung halaman.
Kabarnya singkat, padat, dan sulit dipercaya.
Sebuah screenshoot.
Menggambarkan seorang wanita di storynya yang tidak
ku lihat di timeline storyku.
Aku sudah tau dari lama. Pasti di-hide dari aku.
Ternyata memang terbukti.
Aku tinggal menunggu firasatku yang mana lagi yang
akan terbukti.
Tak perlu waktu lama.
Selang sehari, screenshoot itu datang lagi.
Di siang bolong, di jam istirahat kantor dimana aku
sedang menuju kosan untuk mengemasi barang karna aku berencana pulang. Ke
rumah.
Kali ini isinya singkat, padat, dan sangat
terpercaya.
Menggambarkan seorang wanita di storynya yang kali
ini dia panggil “sayang”
Karna screenshoot itu adalah cuplikan sebuah video,
sahabatku itu dengan baik hatinya menawarkan untuk login di akun instagramnya
hanya agar aku bisa liat videonya
Sempat ragu, tapi akhinya aku buka juga
Luar biasa!
Bagai tersambar petir di siang hari!
Hari itu aku hanya tersentak, tanpa sadar hati ini telah retak.
Hari itu aku tidak menangis, hingga beberapa hari
kemudian keadaan menjadi tragis.
Beberapa hari berlalu, partner htsku kembali dari
tempurungnya dengan sebuah chat permohonan maaf dan seribu alasan.
Maafmu tentu aku terima. Tapi menerimamu kembali
entah jadi apapun statusnya, maaf, aku belum bisa.
Dengan kepercayaanku yang kau rusak dan perasaanku
yang terkoyak, bagaimana bisa aku melihatmu tanpa rasa muak?
Aku sedih dengan perasaanku yang membencimu, tapi ku pikir
itu memang perlu, setidaknya sampai hati ini bebas dari kelu karenamu.
Biarlah seperti ini, hingga kelak kita berjumpa, tak
ada lagi debar di hati.
Aku harap kamu selalu bahagia, dan apa yang kamu
lakukan kepadaku bukanlah hal yang mendatangkan karma.
Kalo kamu mencoba menyamakan kasus ini dengan apa
yang aku lakukan beberapa tahun silam, apakah ini sepadan? Coba diteliti ulang.
Dan terakhir, pergilah, menghilang sajalah lagi.
Pada akhirnya semesta memang konyol sekali.
Seakan gamau melihat doi patah hati sendiri karena
mantan pujaan hati,
Akhirnya aku menyusuli.
Tidak mengapa,
Jadilah kami sepasang manusia terluka,
Yang saling berusaha menghapus luka,
Yang mulai belajar mengeja tawa.
Terima kasih, luka.
0 komentar:
Posting Komentar