Kamis, 16 November 2017

Janji tidak berjanji

0 komentar
Akhir-akhir ini aku sering bilang kepada satu dua orang yg menuntut sesuatu, "terserah kamu saja, tapi aku tidak bisa menjanjikan apa-apa untuk kedepannya". Tapi memang menasihati selalu lebih mudah karena tidak mengalaminya, berkata selalu lebih mudah daripada melakukannya. Sampai akhirnya karmaku datang. Sebenarnya itu bukan karma, karena dia datang lebih dulu, cuma aku telat sadarnya wkwk sampai akhirnya aku merana sendiri. Saat seseorang berjanji tapi tidak berjanji, tapi otakmu menafsirkan sedemikian rupa untuk membuat hatimu senang sendiri, girang sendiri, heboh sendiri. Sampai akhirnya kamu sadar bahwa otakmu salah menafsirkan karena hati ikut campur tangan, sehingga kamu jadi sedih sendiri, galau sendiri, bingung sendiri, merana dan meranggas sendiri. Ya memang semuanya sendiri karena seseorang itu memang biasa-biasa saja. Tidak apa, biarlah aku yang sedih asal bukan kamu. Tapi aku jadi inget kata-kata seorang teman, katanya kalo pengen menyayangi orang, kamu harus bisa menyayangi dirimu sendiri, baru deh bisa menyayangi orang. Katanya lagi, menyayangi diri sendiri itu salah satunya dengan tau mana yg baik buat diri sendiri. Kalo udah tau sakit ya jangan diterusin. Sungguh sekarang pun ku tak mengerti aku sakit karena apa. Sebenernya aku udah pernah ngalamin yang persis kayak gini, tapi otakku terasa bebal sekali untuk bisa belajar dari pengalaman. 

Jadi sebenernya aku ngomongin apa :( tau ah bodo amat :((

Ps: saya tau setelah saya tekan tombol "publish", postingan ini berhak dibaca siapa saja, tapi saya yakin post ini ga akan direferensiin google ke orang yg lagi nyari "sesuatu" di mesin pencari, karena memang post ini ga ada "sesuatu"nya. Tapi jika secara sengaja atau tidak sengaja ada yg ngebaca post ini (terutama untuk yg kenal saya wkwk), tolong jangan diungkit-ungkit ya, biarlah saya punya lahan untuk berkeluh kesah dengan ketidakjelasan saya secara merdeka. Terima kasih :)

Senin, 28 Agustus 2017

Perjuangan Setelah Lulus SMA (5): Mau Pindah Kampus? Jangan Asal, Inget Almamater

0 komentar
“Next problem yaitu cara mengundurkan diri yang baik dari universitas sebelumnya demi nama baik almamater SMA sama tips dan trik USM STAN dipost nanti ya guys :D“

Ku akan mencoba menepati janji di atas, ga nyangka ya “nanti” di situ bisa berarti 2 tahun kemudian wkwk, karena kata-kata itu kutemukan di postingan tanggal 29 Agustus 2015. So sowwy karena ini dan itu, seri “Perjuangan setelah lulus SMA” baru kulanjutin sekarang yang harusnya udah jadi “Perjuangan setelah lulus Diploma III”. Hehe iya, bentar lagi aku udah mau wisuda aja. Ga kerasa ya? Ga kerasa apanyaaaa :( wkwk

Oke first problem for this part: cara mengundurkan diri yang baik dari universitas sebelumnya demi nama baik almamater SMA.

Alex, baca ini!!

6 komentar
Halo from the other side~

Hmmm gimana ya, aku mau posting di blog sendiri kok jadi ga pede gini :| jadi ada sebutir temen, temen kuliah tingkat 2 dan sekelas lagi pas tingkat 3 di PKN-STAN, sebut saja Alex, karena dia selalu memperkenalkan diri dengan nama itu di kampus. Entah dia kurang kerjaan atau gimana (tapi dia emang paling hobi ngebanyol sih di kelas), dia hobi banget stalking sosmed orang, especially twitter. Jadi dia bener-bener tuh kepoin twit anak-anak kelas (ga terkecuali aku) sampek sementok-mentoknya! Twit alay galau gundah gulana jaman SMA ditumpas habis sama dia sampek ke akar-akarnya, ntar kalo udah nemu yang aneh-aneh bakalan dia screenshoot, dikasih bumbu-bumbu, lalu dipost di grup dan jadilah bahan ketawaan anak kelas. But thanks Lex, kamu selalu menyensor namaku tiap ngepost twitku di grup :) walaupun akhirnya nge-pm dan berakhir ngata-ngatain juga pffft.

Rabu, 02 Agustus 2017

----

0 komentar
Ternyata sampai setua dan sedewasa ini aku masih belum pandai apa lagi mahir menghadapi kehilangan. Hari ini iphoneku harus restore ke back up-an dua minggu yg lalu. Padahal selama 2 minggu ini banyak hal memorable. Dan semuanya lenyap dalam sekejap mata. Terdengar simple, tapi berhasil bikin aku nangis histeris sampai detik aku nulis post ini. Mengenaskan. Kapan aku bisa dewasa menghadapi kehilangan? Bagaimana aku bisa bertahan menghadapi kehilangan yg lebih besar kalo yg sesepele ini aja bisa bikin aku ga karuan? Entahlah, yg jelas sekarang aku sedang belajar untuk ikhlas. Apa yg tidak ditakdirkan untukku takkan pernah jadi milikku.

Kamis, 25 Mei 2017

Kucing di Sudut Ruangan

0 komentar
Okay, sepertinya harapan dan keinginan untuk membuat blog ini menjadi blog yg bermanfaat pupus sudah. Nyatanya blog ini kembali menjadi ajang nyampah penulisnya, sama seperti sebelum-sebelumnya. Katanya sih orang yg lagi galau itu ide nulisnya lebih ngalir, dan aku ga akan nyangkal. Postingan-postinganku yg ga jelas kayak gini bisa muncul ya karena kegalauan itu. Karena orang yg sedang seperti itu hanya perlu mencurahkan isi hatinya dan hal-hal yg berkecamuk di kepalanya. Berharap apa yg ia utarakan bisa sedikit mengurangi beban yg dipikulnya. Karena orang yg sedang seperti itu hanya perlu didengar..

Aku adalah tipe orang yg mahir menyembunyikan perasaan, dan aku ga pernah bisa bener-bener terbuka ke sembarang orang buat cerita yg sedih-sedih, yg membebani hidupku. Di kampus aku bisa aja ketawa-ketawa dengan gelombang suara yg kata temen-temenku bikin pusing kepala, tapi kalo udah di kosan aku bisa tiba-tiba ngerasa sedih dan nangis tanpa aku tau pasti apa penyebabnya. Seperti sekarang.
 

SembilanPuluhSembilanKomaSembilan Copyright © 2012 Design by Ipietoon Blogger Template