….untuk mengabadikan memori dalam
tulisan bersama seseorang yang ku panggil tawon madu.
Bagian ketiga.
Luka memang perlu waktu untuk
sembuh, menurut prediksiku setahun. Dan ternyata memang benar. Setahun berlalu,
sepertinya luka tak lagi terasa. Aku masih ingat bulan-bulan tersedihku itu.
Aku masih ingat dimana pertama kalinya aku menangis dengan begitu pecahnya di
depan teman kantorku. Tentu aku ga menunjukkan kesedihanku itu secara langsung
kepada doi. Tapi aku rasa doi bisa membaca dan mengartikannya sendiri. Doi
adalah salah satu orang yang membantuku pulih dan bangkit. Dalam dua bulan itu
doi sering sekali ngajak nonton, makan, jalan. Entah sudah berapa mall yang
sudah kita kunjungi, berapa jajanan yang kita makan dan berapa episode cerita
yang teruntai satu lama lain hingga luka itu tidak perih lagi. Terima kasih :)
***
Bulan berganti tahun.
Pernah di salah satu pertemuan kami, di chatime plaza semanggi setelah nonton suatu film, pada akhirnya aku cerita blak-blakan ke dia tentang semuanya, tentang mantan dan complicated relationshipku yang kandas itu. Aku bilang juga bahwa aku belum mau punya hubungan serius dulu sama laki-laki lain sebelum aku beresin luka dan menormalkan perasaanku, aku harus memiliki lembaran baru yang bersih tanpa bayang-bayang masa lalu jika bersanding dengan siapapun nanti, bukan hanya sebagai pelarian. Sesuai prediksi kalo doi bisa membaca kesedihanku, doi cuma bilang "iya aku tau kok, aku nunggu kamu cerita aja, dan aku seneng kamu mau cerita dan akhirnya bisa terbuka sama aku".
***